القديم أيضا أن أقلهم اثنا عشر اهـ ثم إن تقليد القول القديم أولى من تقليد المخالف لأنه يحتاج أن يراعي مذهب المقلد بفتح اللام في الوضوء والغسل وبقية الشروط، وهذا يعسر على غير العارف، فالتمسك بأقوال الإمام الضعيفة أولى من الخروج إلى المذهب الآخر
"taqlid (mengikuti) pendapat qoul qodim itu lebih baik dari pada mengikuti madzab yang berbeda dengan (madzabnya). Karena itu memerlukan menjaga madzab yang diikutinya. Dalam wudlu, mandi dan semua syarat-syarat. Hal ini sulit bagi selain yang mengetahui. Maka berpegang teguh kepada pendapat-pendapat imamnya yang dhoif itu lebih baik dari pada keluar menuju madzab yang lain." [1]
إن تقليد القول أو الوجه الضعيف في المذهب بشرطه أولى من تقليد مذهب الغير لعسر اجتماع شروطه
"mengikuti pendapat atau wajah dhoif di dalam madzabnya dengan syarat-syaratnya, itu lebih utama dari pada mengikuti madzab-madzab lain, karena mengumpulkan sarat-saratnya." [2]
وحينئذ تقليد أحد هذين القولين أولى من تقليد أبي حنيفة
"dengan demikian, mengikuti salah satu dari dua pendapat ini lebih baik dari mengikuti madzab Abu Hanifah." [3]
Tanbahan : Tentang Taqlid.
ولايجوز تقليد غيرهم أى الأئمة الأربعة ولو كان من أكابر الصحابة لأن مذاهبهم لم تدوّن ولم تضبط كمذاهب هؤلآء لكن جوّز بعضهم ذلك في غير الإفتاء.
"Tidak boleh taqlid kepada selain mereka yaitu imam -imam empat meskipun dari pembesar-pembesar sahabat Rasul, karena madzab mereka tidak dikodifikasikan (tidak dikukuhkan) dan tidak dibuat pedoman seperti madzab-madzab mereka (imam empat); namun sebagian ulama' ada yang memperbolehkan asal tidak untuk difatwakan. [4]
مسألة ش ) نقل ابن الصلاح الإجماع على أنه لايجوز تقليد غير الأئمة الأربعة أى حتى العمل لنفسه فضلا عن القضاء والفتوى لعدم الثقة بنبستها لأربابها بأسانيد تمنع التحريف والتبديل كمذهب الزيدية المنسوبين الى الإمام زيد بن على بن الحسين البسط رضوان الله عليهم الخ
"Imam Ibnu Sholah menukil ijma' sesungguhnya tidak boleh taqlid/mengikuti selain kepada imam empat artinya sampai amal untuk dirinya pun tidak boleh. Apalagi untuk menghukumi, menfatwakan, karena tidak dapat dipertanggungjawabkan nisbatnya pada pemiliknya, dengan jalan yang mencegah, merubah dan mengganti, seperti Madzhab Zaibidiyah yang dinisbatkan kepada Imam Zaid bin Ali bin Husain yang jadi cucu Rasul Ra." [5]
Catatan Kaki ;
1. Jam’ur Risalatain Fi ta’addudil Jum’atain, hal. 14
2. Al-Fawaidu Al-Madaniyah al-Qubro ;dinukil juga dalam Bughyatul Mustarsyidi (1/185) :
جاء في " بغية المسترشدين " (1/185) : في الفوائد المدنية للكردي أن تقليد القول أو الوجه الضعيف في المذهب بشرطه أولى من تقليد مذهب الغير لعسر اجتماع شروطه . أهـ
3. Hamisy I’anatu al-Tholibin, II: 59
4. Tuhfatu Al-Murid Syarah Jauharu At-tauhid, hal: 90
5. Bughyatu al-Mustarsyidin, hal: 8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar